Taman dalam bahasa Jepang disebut sebagai “Niwa Sono.” Kata-kata ini merupakan konsep utama taman Jepang yang menciptakan keselarasan antara alam dan keindahan buatan manusia. “Niwa” berarti alam bebas dan “Sono” berarti lahan yang dipagari. Taman Jepang, dari segi desain memang sangat mementingkan kualitas spiritual, estetika dan pengalaman intelektual bagi yang menikmatinya.
Taman memiliki makna yang sangat penting bagi orang Jepang, karena merupakan representasi dari alam sekitar. Dalam perkembangannya taman Jepang dipengaruhi oleh filosofi Shinto, Budha dan Tao. Semua filosofi ini menghadirkan nuansa spiritualitas yang kental dalam taman Jepang. Di jaman dahulu, taman Jepang sering digunakan sebagai tempat untuk bermeditasi.
Di era tahun 90-an, taman Jepang sempat populer dengan hamparan rumput Jepang, bonsai cemara udang dan aksen batu alam. Padahal gaya itu merupakan adopsi dan bukan gaya sesungguhnya dari taman Jepang.
Secara umum, tipe taman Jepang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, seperti : Taman air/taman danau, Taman alami/taman natural, Taman batu dan pasir, Taman teh, Taman datar.
Taman air/taman danau
Taman ini biasanya memiliki ukuran paling besar dibandingkan tipe lainnya, sehingga sudut pandang menarik (focal point) yang dimilikinya menjadi banyak. Komponen penyusunnya pun paling beragam di antara taman-taman yang lain. Taman ini umumnya memiliki kolam plus aliran air atau air terjun. Biasanya di atas kolam terdapat jembatan yang disebut dengan “Jembatan Bulan.” Patung yang terdapat di taman ini ada dua. Yang pertama berbentuk kura-kura yang melambangkan usia panjang dan yang kedua adalah angsa yang melambangkan kesehatan prima. Taman ini umumnya memiliki warna-warni bunga yang lebih beragam.
Taman alami/taman natural
Disebut natural, karena taman ini dirancang sedemikian rupa, sehingga burung-burung dan hewan pengerat (kelinci, marmut) bisa tinggal di dalamnya. Taman ini didominasi oleh hijaunya lumut dan nilainya menjadi sempurna bila terdapat kolam atau aliran air yang asli (bukan buatan). Taman jenis ini umumnya memiliki bangunan kecil semacam gazebo yang dinamai “Azumaya”. Konsep taman ini secara keseluruhan adalah menyatu dan menjadi bagian dari alam sekitarnya.
Taman batu dan pasir
Taman jenis ini berkembang pada era Muromachi dan menggambarkan filosofi Zen. Di masa ini taman umumnya dipakai oleh para pendeta Zen untuk bermeditasi. Taman jenis ini umumnya bersifat tertutup karena dikelilingi oleh dinding dekoratif yang indah. Dan sesuai namanya, komponen utama dari taman ini adalah pasir dan batu.
Bidang-bidang yang dibentuk oleh pasir putih umumnya bersegi teratur dan pasirnya pun tertata dengan rapi. Menurut tradisi jumlah batu yang harus diletakkan di taman ini sebanyak 15 buah yang diatur dalam kelompok dua, tiga, dan lima. Sebagai aksen, pada masing-masing kelompok batu biasanya ditumbuhi lumut.
Pasir memberikan kesan ruang dan kehampaan. Filosofinya adalah, pengujung taman diharapkan membersihkan pikiran yang dipenuhi hal-hal duniawi dan dapat melakukan meditasi dengan baik di dalam taman. Ada juga yang mengatakan bahwa pasir mewakili air (danau atau lautan) dan batu mewakili pulau-pulau Jepang.
Taman teh
Taman ini berkaitan dengan upacara kebanggan orang Jepang yaitu minum teh. Taman Teh terdiri atas dua bagian, Taman Dalam dan Taman Luar. Selain itu juga terdapat rumah tempat upacara minum teh berlangsung. Semua yang berada di dalam taman ini mulai dari batu, lentera batu dan tempat air memiliki korelasi dan merupakan sebuah kesatuan simbolik.
Taman Dalam adalah taman yang bersifat privat dan hanya dinikmati dari Rumah Teh. Sementara Taman Luar digunakan untuk tempat tunggu bagi tamu. Biasanya Taman Luar dilengkapi dengan tempat duduk yang terbuat dari kayu. Taman ini juga dilengkapi dengan pemanas yang digunakan di musim dingin. Sebagai simbol penyucian diri sebelum memasuki Rumah Teh, disediakan wadah air untuk tempat tamu membasuh diri.
Taman datar
Taman ini merupakan perpaduan antara Taman Natural dan Taman Pasir Batu. Elemen utama taman ini adalah hamparan pasir putih yang berbentuk melingkar. Bentuk ini menyimbolkan kecerahan dan kegembiraan. Batu-batu yang tersusun di dalamnya juga memiliki makna khusus. Pengunjung taman bisa mengintrepetasikan sesuka mereka bentuk susunan batu yang ada di dalam taman. Komponen penyusun taman ini adalah pasir, tanaman evergreen (biasanya jenis cemara), lumut, tanaman bunga dan rumput.
Tulisan ini diambil dari Tabloit Rumah.Com silahkan kunjungi situs ini bagi yang membutuhkan informasi lainnya.